Thursday 1 September 2016

Sebagai Tanda Cinta


"Are you believe in One God?" tanya teman dari Brazil sepulang aktivitas Educator Course menuju tempat kami menginap. Sambil berjalan menyusuri komplek hijau Green School dan Sungai Ayung, kami terus berdialog dengan pertanyaannya yang berkembang terus; apa kamu yakin ada kehidupan setelah kematian?; Apa manusia hanya punya satu kesempatan?; Apa kamu percaya Jesus anak Tuhan?;

Dan sampailah pada pertanyaan, "I am sorry to asking you this question, kenapa kamu menutup seluruh badanmu kayak gini?" langkahnya dihentikan dan menunjuk aku yang berjilbab.
Mungkin ini pertanyaannya yang paling membuatnya penasaran. Di tengah cuaca Bali yang fanas, ditambah aktivitas selama Educator Course yang padat mudah banget ngucurin keringat, tapi aku malah memakai baju tertutup. Aku mencoba menjawabnya dengan bahasa inggris seadanya, pacampur dengan lintasan kosakata Bahasa Arab dan Bahasa Sunda yang suka ojol-ojol eksis. 
"Kenapa aku menutup badanku seperti ini? Karena Tuhan memintaku untuk melakukannya, sebagai tanda cintaNya Dia menjaga hambaNya."
Kelopak matanya membulat, "Apa kamu merasa terjaga dengan berpakaian seperti ini?"
"Sure. Bukan hanya merasa terjaga, tapi juga merasa dicinta. Tuhanku selalu menginginkan yang terbaik bagi hamba-Nya."
Kali ini dia menghentikan langkahnya, "Nice! His obligation make you feeling loved. Its so amazing!"

Aku tersenyum. Mengingat di hari sebelumnya, salah seorang teman dari Portugal juga bertanya, "Apa kamu gak ngerasa kepanasan? Kelihatannya ngga yaa, pasti karena kamu udah biasa."
Waktu itu aku hanya menjawabnya dengan senyuman. Hari ini aku sadar. Bukan karena hanya sudah terbiasa, tapi ini tanda cinta Tuhan pada hamba. Dia selalu inginkan yang terbaik, maka Ia menjaga.



###
Nati Sajidah
*Memori dari Educator Course yang diselenggarakan Green School Bali, 29 Agustus - 2 September 2016.

No comments :

Post a Comment