Monday 29 June 2020

Duhai Bunda Mulia, Bagaimana Cara Mencinta?

(Makam Bunda Khadijah Al-Kubra radhiyallahu 'anha di Jannatul Ma'laa, sebelum dipugar)

Duhai para Bundaku, Ummahatul Mukminin..
Duhai para Bundaku, Istri-istri mulia Baginda Rasul...

Sungguh tak mudah jadi dirimu,
menjadi Ibu bagi anak-anak yang tak lahir dari rahimmu, namun kau harus tetap rahim kepada mereka satu per satu. 
Bagaimanakah membangun ikatan erat, dan kasih yang melekat?
Bagaimanakah mencintai dengan semesta, kepada mereka yang bukan darah daging kita?
Bagaimanakah selalu mengasihi dan mengayomi, dengan menyimpan keluh kesah diri, kepada mereka yang harapkan kesantunan hati?

Sungguh mulia menjadi dirimu,
Kau simpan ego diri, kau jadikan semuanya sebagai ladang kebaikan.
Kesantunanmu melampaui darah, daging, nasab, usia, pria, wanita, dan zaman.

Sungguh kokoh ucapanmu duhai Bunda Khadijah, "Sejak aku menikah dengan Rasulullah, tak lagi ku memikirkan bagaimana aku bahagia. Namun aku sibuk berpikir, bagaimana agar Rasulullah bahagia karenaku."

Bunda.. bagaimana hal itu bisa? Sedangkan kecenderungan manusia selalu ingin menuntut bahagia. Dan kau, ya Bunda.. bagimu bahagianya Yang Dicinta adalah segala-galanya.. 

Sungguh hangat jawabanmu duhai Bunda Aisyah, saat sahabat malu-malu bertanya kepadamu, kau rangkul ia dengan sambutan keibuanmu, "Tanyakanlah apapun, seperti kau tanyakan apapun kepada ibumu. Karena aku ibumu."

Duhai..
Kemanakankah ego diri yang ingin bahagia sendiri. Bagaimanakah kalian melahirkan kasih sayang, cinta yang menyemesta itu? Kami bukan anak-anak yang lahir dari rahimmu, namun cintamu, kasihmu, perhatianmu, teladanmu, menembus zaman dan juga batas diri.

Di hadapan kalian duhai Para Bunda, 
Seakan hancur teori bahwa ikatan ibu dan anak lahir dari bonding di dalam rahim, air susu yang mengalir, sentuhan kulit ibu dan anak, dan juga kebersamaan di masa-masa usia emas.

Kembali aku menggugat tanya..
Bagaimana bisa, mendadak mencinta? Kepada anak-anak yang bukan darahdaging kita?

Maka tersadarlah,

Orang yang tak pernah dicinta, takkan bisa mencinta.

Dan kau para bundaku yang mulia, 
Kalianlah jiwa-jiwa yang paling beruntung di muka dunia, dipilih oleh Nabi AlMusthofa, dicinta dan dibina di bilik-bilik rumah tangga penuh cinta.

Berhentilah semua gugat tanya,

Sebab cinta para bunda, berasal dari jiwa penuh cinta yang selalu lekat dengan Nabi penuh cinta, Nabi Muhammad Al-Musthofa.

Maka aku yang ada di penghujung zaman ini,
Yang berada di jauhnya masa dengan Sang Nabi,
Yang terhijab oleh milyaran ego diri,

Hanya mampu memohon belas kasih,
Kiranya Kekasih Tuhanku berkati sifat rahim.
Hingga ummatmu duhai Nabiku, tak kusapa dan kubalas sikapnya, kecuali dengan cinta kasih, sebagaimana para Bundaku kepada kami anandanya..


.اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّم وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَ عَلَى آلِ سَيّدِنَا مُحَمَّد
.
***
Natisa
7 Dzul Qo'dah 1441 H

3 comments :

  1. Teteh, semoga Allah menjaga teteh dengan sebentuk perlindungan-Nya, aamiin

    ReplyDelete
  2. Ya Allah...
    Neng..
    Ko tau banget yaa dengan situasi teteh saat ini...
    belajar mencinta orang yang tidak punya ikatan darah atau apapun
    dengan penuh keikhlasan

    Ya Allah.. neng, ini berat sekali
    ga mudah utk orang biasa dan lemah ini untuk bisa seperti ummul mukminin ..

    Asli... penuh perjuangan
    dan menguras air mata

    Semoga.. bisa menjadi seperti mereka
    kecintaan Al Mushtafa

    ReplyDelete