Friday 5 May 2017

Kau Bertahan, Kau Diam?

Hasil dari perjuangan bisa jadi tak melulu berupa kemajuan. 

Kau dapat bertahan, pun sebuah perjuangan. Sebab bukan sesuatu yang mudah untuk mampu bertahan di tengah kondisi yang tak nyaman. Berapa banyak soalan di luar dugaan dapat kau damaikan? Sekali lagi, itu bukan hal yang mudah.



Di balik kebertahanan seseorang, ada harap dan juang yang tak putus walau berkali dihantam ombak keputusasaan. Namun baginya hanya ada dua pilihan; terus bergerak maju, atau tegar bertahan. Tak ada pilihan mundur ke belakang.


Apalagi jika kau terus tersenyum saat mampu bertahan. 

Tersenyum pada target-target yang seakan mengolokmu, karena tak mampu mencapainya. 

Tersenyum pada anggapan orang bahwa kau seakan tak ada kemajuan. 

Tersenyum pada standar masyarakat yang mengharuskanmu menyamai mereka. 

Tersenyum, sebab dugaan itu salah. 



Kau bertahan, bukan berhenti. 

Kau bertahan, karena masih terus berjuang. 

Dan untuk terus berjuang kita tak perlu pengakuan. 


Tersenyum saat kau berusaha merenda asa yang baru, lagi dan lagi, setiap saat asa itu redup tak berjawab. Kau tersenyum, sebab bagimu perjuangan bukan sekadar memperoleh hasil yang diinginkan. Sebab bagimu, perjuangan adalah caramu menunjukkan kehidupanmu. Keberadaanmu. Kecintaanmu pada Pemberi kehidupanmu. 


Tersenyum saat kembali menyadari bahwa perjuangan adalah ranahmu, sedangkan hasil mutlak wilayah-Nya. 

Tersenyum saat kembali merayu diri; biarlah aku tetap menjadi makhluk yang bertuhan, bukan makhluk yang merebut peran Tuhan.


Tersenyumlah, karena kau tak mau bertemu Tuhanmu dengan muka tertekuk, bukan? 

Tersenyumlah, sebab kebertahananmu bermakna megah. 


---
Natisa,
Papua, 2017.

No comments :

Post a Comment