Monday 21 October 2019

Hidup Para Pencinta


Aku saksikan hidup para pencinta, tak sepi dari derita. Justru mereka mengenali dan semakin dekat dengan Sang Cinta, sebab menjadikan beragam derita sebagai jalannya. 

Maka bahagia definisi mereka, adalah tentang hidup yang penuh cinta. 

Mereka lalui, mereka temui Yang Dicintai. 

Demikian pada Nabi Yusuf. Kau pikir mudah menjadi dirinya? Dijebak dan dijerumuskan oleh saudara-saudaranya sendiri. Dijual sebagai budak, terpisah dari Sang Ayah yang dicintai. Difitnah dan dijebloskan ke dalam penjara oleh ibu angkatnya sendiri. Ia lalui semua kepelikan itu, Ia pun semakin mengenali Tuhannya, yang Maha Esa, Maha Perkasa, Maha Welas Asih, dan berkata dengan amat sahaja, "Sesungguhnya barangsiapa bertakwa dan bersabar, maka Sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.” 

 Ya Rabb, maka salahlah jika menganggap orang kuat itu dari sananya kuat. Sebaliknya. Ia telah lalui ragam kepayahan hidup, kelemahan diri, rayuan untuk memilih putus asa berkali-kali, bahkan bisa jadi ia sering ingin hidupnya diganti. Tapi berkali-kali itu pula, kesusahan hidup membawanya pada pengenalan terhadap yang Maha. Terhadap manusia Yang Terpuji Akhlaqnya. 

Aku saksikan hidup para pencinta justru tak berlimpah memiliki apa yang dipandang baik oleh manusia pada umumnya. Seringnya bahkan sebaliknya. Mereka dihadapkan pada ketiadaan, kesengsaraan, keterdesakan. 

Demikianlah Siti Maryam. Bagaimana ia menjadi seorang abdi Baitil Maqdis. Jauh dari ingar bingar manusia. Ia gadis suci nan jelita. Ia memilih mengabdi pada Sang Maha. Apakah kemudian berbalas kemuliaan serta merta? Bahkan ia tiba-tiba dikabarkan akan memiliki seorang putra tanpa ayah. Bagaimanakah ia menghadapi tudingan sinis penuh penghakiman? Bagaimanakah ia melalui rasa sakit melahirkan seorang diri? Bagaimanakah ia mengajak hatinya berpasrah penuh, tanpa kerisauan pada Tuhan yang telah membawanya di hidup yang tak terduga ini? Namun dengan semua pelik itu, Maryam Gadis Suci mengenali Tuhannya adalah Tuhan yang Maha Berkehendak. Yang tak terikat oleh sebab akibat. Sehingga tak ada sikap yang dimiliki Maryam kecuali berpasrah pada Sang Suka-suka, menjalani ketetapan sepenuh hati tanpa sangsi. Sebab ia yakini pasti, tak ada kehendak Tuhannya yang terjadi, kecuali hamba hanya diminta untuk menjalani. Maka lepaskan segala risau hati, Tuhan yang akan kasih solusi. Cukup jalani. 

Ya Rabb, ternyata tak ada orang kuat yang berpasrah kepadaMu, kecuali telah Kau gulirkan hidup yang penuh kebuntuan, seakan tiada pertolongan, tak ada jalan, dan Kau rontokkan segala kepercayaan, hingga ia akhirnya hanya miliki satu-satunya pilihan: berpasrah padaMu, Tuhan. 

Aku saksikan hidup pencinta, justru sering kali dihadapkan pada pilihan-pilihan yang menyiksa. 

Bagaimana Nabi Ibrahim sang Kekasih Allah dihadapkan pada ketetapan: meninggalkan istri yang dicinta bersama ismail kecil di lembah yang tiada kehidupan, bahkan manusia menghindari melewatinya. Bagaimana bisa tega? Namun ia tahu, ini bukan tentang yang tampak. Melainkan tentang taat. 

Tapi bagi para pencinta, kenyamanan hidup di dunia adalah fatamorgana. Bagi mereka ada yang lebih besar, ada yang lebih menggiurkan, ada yang lebih dinantikan. Ialah pertemuan dengan Sang Maha Cinta. Dengan Kekasih Yang Maha Kasih. 

Alangkah indahnya Al-Mushtofa, hingga para pencinta rela menebus hidupnya untuknya. 

Alangkah terpujinya akhlak Baginda, hingga lelaki Badui yang tadinya canggung menemuinya, menjadi amat melebur sebab sikap Baginda yang mencintainya tanpa syarat. 

Alangkah dermawannya Datuknya Hasan itu, beliau hidup bersama puluhan sahabat faqir di beranda masjid. Tiap harinya ia makan bersama mereka, mengasuhnya, mendidiknya, mendoakannya, mencintainya. 

Alangkah bijaksananya Ayahanda Fatimah itu, tak ada janji yang tak ditepati, tak ada orang asing di mata beliau, tak ada orang berdosa bagi yang mendatanginya penuh harap pengampunan, tak ada orang bodoh bagi beliau selama berusaha menempuh perjalanan.. 

 ya Rabb.. 
Muhammadkan kami.. 

Jika menjadi pencinta selalu menjanjikan terjalnya kehidupan, 

Jika menjadi pencinta selalu diiringi dengan kesedihan, 

Jika menjadi pencinta selalu tak sepi dari hari-hari yang nestapa. 

Ya Rabb, sungguh keindahan Muhammad telah menyirnakan segala duka itu. Sebab yang ada tinggalah cahaya Muhammad, yang darinya setiap ada nampak. 

Yang darinya setiap kegelapan terasa benderang. 
Yang darinya setiap derita tak berarti apa-apa, sebab pertemuan dan kebersamaan dengannya adalah cinta. 

Tiadalah derita. Semua ini tentang cinta. 

Cinta mungkin menagih semuanya; jiwa, raga, keluarga, juga kata-kata. Bagaimana jika aku berkata begini: cinta bukan meminta segala. Namun segala ini adalah tentang cinta. 

Apa pernah kau khawatir orang yang mencintaimu akan menjerumuskanmu pada situasi yang tak bisa kau tangani? Ketahuilah, cinta kita pasti diuji. Namun manisnya cinta akan mengalahkan segala, termasuk luka juga derita di dunia. Sebab hidup sebenarnya nanti di sana. 

Ya Rasul, 
Sungguh bahagia para pencinta, 
Dan mendadak lupa, pernah menderita. 

Tiada penawanan yang lebih membebaskan, kecuali menjadi tawanan cinta Al-Musthofa.
x

1 comment :

  1. 😭😭😭

    Ya Rasul..
    Tiada derita semua ini tentang Cinta

    Kesedihan, penderitaan semua bahkan hilang karena ada segunung cinta darimu wahai habibAllah..NabiyaAllah..

    terimakasih telah menuliskan secuil cinta ini teh ❤
    ini tak hanya secuil tapi segunung 😢

    ReplyDelete