Saturday 5 October 2019

Amalan Yang Disiasati - Kebijaksanaan Guru Yang Tak Terperi

Sore itu aku takjub. Dengan cara guruku mengajari kami bagaimana "menyiasati" amal. Sekilas amat oportunis, namun ternyata amat manis!

***

Korbannya adalah temanku, Eko, dia yang sering membantuku menangani pemebelian buku-buku Natisa. Jadi admin segala macam kegiatan Masjid Darussalam. Jadi panitia apapun kegiatan masjid. Walaupun terkenal dengan julukan Marketing Jahadnya, tapi kami juga aneh masih saja seneng mengandalkan dia dalam segala hal.

Dengan segala kesibukannya itu, aku berniat memberi haknya yang sudah bantu penjualan buku. Saat itu alhamdulillah lumayan keuntungannya, ada buat dia jajan bakso sebulan 😁 (dia makan bakso sehari 2x gaess 🤣).

Niatku itu aku sampaikan ke Guru. Tak disangka, beliau menahanku. Malah meminta gajinya Eko yang akan dibayarkan tersebut untuk dikirimkan ke rekening beliau.

Aku takut kualat kalau banyak nanya. Akhirnya tanpa bertanya lagi, aku kirimkan.

Sorenya, di halaman Masjid yang sedang Guruku bangun, kami bercengkrama mencandai Eko yang super sibuk jadi admin sana sini. Lalu Guruku mengeluarkan sejumlah uang ke Mang Haji, pimpro pembangunan masjid.

"Tah, Mang. 2 juta. Buat beli bahan-bahan yang kurangnya. Ini mah dari Eko, malak gaji si Eko." Kata Guruku ringan menyerahkan setumpuk uang ke Mang Haji.

Si yang empunya nama cuma ketawa-ketawa aja. Aku malah bengong. Gustiii.. ini caramu kok licik sekali, Pak Guru.. Aku malah iri sama Eko! Entah sebesar apa hitungan amalannya sekarang.

Gimana nggaa.. uang gaji yang tadinya mau aku kasih ke Eko, hanya 300ribuan. Lalu diterima oleh Guruku, yang seorang 'Alim. Kemudian digabungkan dengan uang pribadinya, dan disedekahkan atas nama si Eko. Aku ingat penjelasan Al-Imam Suyuti menuturkan perihal pahala sedekah di dalam Kitabnya Bughiyatul Mustarsyidın, bahwasanya pahala bersedekah ada lima kategori :

(1) Satu dibalas sepuluh (1 : 10) yaitu bersedekah kepada orang yang sehat jasmani.

(2) Satu dibalas sembilan puluh (1 : 90) yaitu bersedekah terhadap orang buta, orang cacat atau tertimpa musibah, termasuk anak yatim dan piatu.

(3) Satu dibalas sembilan ratus (1 : 900) yaitu bersedekah kepada kerabat yang sangat membutuhkan.

(4) Satu dibalas seratus ribu (1 : 100.000) yaitu sedekah kepada kedua orang tua.

(5) Satu dibalas sembilan ratus ribu (1 : 900.000) yaitu bersedekah kepada orang alim yang ahli fiqih (Guru Ngajimu).


Aku mencoba menghitung gotak gatik.

Uang Eko diserahkan kepada Guruku (seorang 'Alim, maka Eko bersedekah kepada Ulama, dia masuk kategori nomor 5! 900ribu kali lipat!).
300.000 x 900.000 = 2.700.000.000 >> 2.7M!

Tunggu, sedekahnya bukan lagi 300ribu. Tapi 2juta!

2 juta × 900ribu = xxxxkutaksanggup menghitung nol-nya 😭.

Kooo.. anda benar-benar Marketing Jahad!!!

Belum selesai sampai di situ. Lalu oleh Guruku digabungkan dengan uang pribadinya, kemudian disedekahkan atas nama Eko, untuk Masjid Darussalam.

Keberkahan apa lagi yang menandingi transaksi ini?! Sedekah Eko kepada Ahli Ilmu, disampaikan oleh Ulama ahli ilmu, untuk tempat menuntut ilmu.

Ekoooo, senyum-senyuma aja diaa.

Barangkali yang Eko inginkan dan butuhkan 300rb. Tapi yang Eko dapatkan lebih daripada itu. Sebab husnuzhon pada apapun dari Guru. Percaya aja.

Kapan lagi bisa sedekah sampai 2.7M, bahkan lebih? Kalau bukan karena Guru yang memiliki mata batin memandang jauh ke depan.

Dan si Eko masih aja cengar cengir, saat Guruku membisiki aku. "Ti, kalau masih ada sisa uang, kasih ke Eko. Buat pegangan."

Guru.. kebijaksanaan dan kasih sayang yang kau ajarkan, semoga terhias juga pada diri kami.

Muridmu yang masih segala terbatas dalam memandang dunia ini.


***
Natisa

No comments :

Post a Comment