Tuesday 15 December 2015

Antara Kita dan DOA

BERDOALAH karena itu termasuk bagian dari usaha kita sebagai manusia. Bahkan doa adalah sebenar-benarnya usaha. Bagaimana tidak? Manusia dihidupkan untuk ibadah, dan inti dari semua kegiatan ibadah manusia adalah doa. Itu artinya sepanjang hidup kita merupakan doa. 

Maka berhentilah berdoa dengan pikiran untung rugi, "Aku sudah berdoa sekian kali, tapi kenapa tak juga dikabulkan?!" 
Hai, yang jadi kewajiban kita adalah berdoa, bukan mendapat ijabahnya. Ketika pengijabahan yang diinginkan belum juga diraih, tak perlu ambil pusing, karena toh kita dalamberdoa tak diwajibkan untuk mendapatkan pengijabahan. Tak.



Pengijabahan mutlak hak Allah. Apa-apa yang kita minta, mau dikabulkan atau ditangguhkan atau diganti dengan yang lebih baik, itu HAK ALLAH. Apa-apa yang kita minta dalam doa, bukanlah hak manusia, sehingga kita dengan enaknya terus menagih. Sekali lagi, bukan hak kita. Kita hanya diperintah berdoa.

Di sini ada keadilan Allah. Kita diperintah untuk fokus saja pada yang bisa kita lakukan; berusaha, berdoa. Tak perlu ikut pusing memikirkan pengijabahannya. Tugas kita hanya berdoa. Kita manusia kan, bukan Tuhan?

Nikmati masa-masa berdoa. 
Manusia jika diminta terus-terusan, pasti kesal. Apalagi dalam jangka waktu lama, dengan permintaan sama. Pasti semakin jengah. Tak begitu dengan Tuhan kita. Justru Ia cintai rayuan hamba. Berdoa, karena kita cinta untuk berkomunikasi denganNya. Berdoa, karena kita dimintaNya untuk terus mendekat merayu berbahasa doa. Berdoa dengan tidak mendikte Tuhan, tapi mesra menyambut seruanNya; berdoalah kepadaKu, niscaya akan Aku penuhi. Maka kita datang dengan hati yang penuh rindu. Memuji asmaNya, menyampaikan hajat, dan berpasrah kepada kuasaNya.


Betul, Ia menjanjikan ijabah doa. Tetaplah Ia yang berhak memberikan pengijabahan untuk setiap doa, dan kita pun tetap pada peran yang memenuhi panggilanNya; berdoa.

"Berdoa, bukan untuk mendapatkan,  
tapi karena Tuhan pengasih memerintahkan. 

Jika pun hidup ini sepenuhnya berdoa, 
sungguh, duhai Tuhan, 
aku tak mengapa..."


###
Natisa,
Bandung, 15 Desember 2015

No comments :

Post a Comment