Sunday 25 October 2015

Memilih Sikap



Ada dua cara untuk mengabadikan seseorang dalam pikiran, yaitu: mencintainya atau membencinya. Terbukti banyak manusia yang keluar masuk dalam kehidupan kita, namun yang membekas adalah yang dicinta atau dibenci, yang mencintai atau membenci kita.

Seorang pembenci tak memiliki waktu untuk mencintai. Bahkan jika pun ia dicintai, lebih banyak kecurigaan yang menghampiri. Segala sesuatu terlihat menyebalkan dan tak memuaskan. Mengapa? Karena hatinya diliputi kebencian. Seberlian apapun batuan, baginya tetap batu.

Seorang pencinta tak memiliki waktu untuk membenci, begitu pula ia tak punya waktu untuk sekedar menghiraukan yang membencinya. Bahkan ia balas kebencian dengan cinta. Karena ia tak punya bahasa kecuali cinta. Siapakah ia? Ialah lelaki agung, Nabi Muhammad Al-Musthofa. Ia balas caci maki kakek buta yahudi di pasar dengan cinta. Disuapinya tiap hari di tiap waktu makan. Dibelainya tanpa banyak kata. Mengapa Sang Nabi tak membalas segala tuduhan dan cacian si kakek? Tak bisa. Karena beliau hanya memiliki bahasa cinta.

Hari ini kita tak hidup bersama lelaki agung itu. Yang memiliki semesta cinta untuk setiap ummatnya, bahkan untuk setiap manusia. Hari ini cinta dikerdilkan. Hanya sebatas hubungan spesial antara dua manusia. Hari ini rasanya sulit untuk menumbuhkan cinta pada sesama, karena kebencian telah sedemikian dihidupkan. Apakah ia mengajarkan untuk mencintai sesuatu harus menghidupkan kebencian pada sesuatu yang lain?

Ada dua cara untuk mengabadikan; mencintai atau membenci. Pilihan kita akan menentukan bagaimana kehidupan kita. Sibuk mencintai hingga tak punya ruang membenci. Selalu positif dalam menyikapi segala sesuatu. Atau memilih sibuk membenci, hingga segalanya terlihat tidak beres, tak ada yang menyenangkan. Dan terlihat seakan semua pantas untuk dibenci.

Teringat nasehat Charles Swindoll, katanya, hidup kita ditentukan oleh hanya 10% saja peristiwa yang menimpa diri kita. Sebanyak 90%-nya adalah cara kita bereaksi terhadap yang 10% itu.

Demikianlah, saat ini, esok pagi, dan hari-hari berikutnya, akan ditentukan oleh sikap dan respons kita pada hal terderkat yang terjadi dalam hidup kita sekarang.

Kita memiliki dua pilihan landasan bersikap; mencintai atau membenci. Hidup ini sekali, tak sayang jika mendasari segalanya dengan membenci?


###
Natisa
12011437-25102015

No comments :

Post a Comment