Sunday 16 October 2016

Ketika Tulisanmu Di-copas

Secara manusiawi mah yah.. Tulisan sendiri dikutip tanpa sumber, dan disebarluaskan, dan dianggap sebagai tulisannya...itu rasanya atiiit... Sakitnya tuh entah dimana. Hehe.
Dan di situlah momen buat kembali nengok niat nulis, apakah untuk diakui-dikenali nama diri atau agar tersampaikan pesan? Jika tujuannya yang kedua, pada kenyataannya pesan tersampaikan bisa dengan atau tanpa nama si penulis. Hanya saja ada yang dilanggar di sini. Pelanggaran tata kaidah pengutipan. Kalau kata temen saya mah, Nisa'ul Fithri Mardani Shihab, ini tentang beradab atau tidak seseorang dalam membuat tulisan. 
Kita memaafkan pelanggaran, dan karena menyayangi dia yang melanggar maka kita memberikannya teguran atau pelajaran.

Kalau alasan tidak mengutip sumber asli itu agar terlihat orisinil hasil pemikirannya, justru sebaliknya..dengan mengutip sumber aslinya di situlah intelektualitas seseorang terlihat.
Pada akhirnya, si saya memahami rasa sakit diplagiasi itu wajar adanya. Dan menasehati diri dengan nasehat Aa Gym bagaimana menyikapi seseorang yang berlaku buruk kepada kita, yaitu dengan menjadikannya:
 Ladang bersyukur bukan kita yang bersikap jelek 
 Ladang menegur diri, agar kita tidak melakukan hal yang sama
 Ladang memaafkan dan mendoakan kebaikan yang berlaku jelek pada kita.

Alhamdulillaah 'alaa kulli haal.. Jadi bener kata guru saya, hidup mah seni bagaiamana MENYIKAPI kejadian-kejadian.
Masih kata Aa Gym, "Ga ada ruginya dibenci, yang rugi itu kalau kita yang jadi pembenci."
Iyah, gak ada ruginya diplagiasi, yang rugi itu kalau kita yang jadi plagiator.
Aa nambahin lagi, "Yang membahayakan diri kita adalah keburukan diri sendiri, bukan keburukan orang lain."
Duh, hatur nuhun yah, hey kamu yang memplagiasi.. Saya jadi ngerasa ngena gini dinasehatin Aa. ^_^

###
Nati Sajidah

No comments :

Post a Comment