Tuesday 1 March 2016

Ingin Marah Ingin Balas Dendam



Selalu ada pertanyaan bagaimana cara meredam amarah atau dendam? Seperti saat acara bedah buku Crayon Untuk Pelangi Sabarmu 2 hari berturut-turut kemarin di Gramedia TSM Bandung (27/2) dan Cipasung Tasikmalaya (28/2).

Secara nafsu pengen banget marah bahkan balas dendam sama si penyebab masalah.. Pengeeen banget, kan? Tapi mana bisa, mana boleh.. Kenapa mau mensejajarkan diri dengan pembuat masalah? Biarlah. Tanpa adanya dia sebagai penyebab masalah pun, kehidupan yang akan terjadi ya terjadi jika Allah sudah menghendakinya begitu. Adanya orang yang jadi penyebab (padahal Allah kuasa membuat suatu kejadian terjadi tanpa ada sebab akibat) adalah mungkiiin untuk menguji kita. Sikap apa yang akan kita lakukan kepada mereka? Sikap inilah yang akan menentukan kualitas kita sebagai hamba. Sikap kita ini yang akan dihisab di pengadilan nanti. Sikap kita ini yang akan jadi penentu. Bukan tentang seberapa sakit hati, atau seberapa sakti kita bisa membalas.

Mereka para penyebab itu sudah melanjutkan kehidupan, tanpa tahu apa yang mereka tinggalkan.. Itu perih bagi kita saat menahan membalas, pasti. Hanya bisa memohon pertolongan Allah, agar Ia dapat meredamkan segala gejolak amarah di dalam dada. Memohon Ia mengganti hati yang luka, dengan hati yang penuh hikmah. Memohon hati yang penuh dendam dengan hati yang penuh cinta. Hanya dapat memohon dan terus berusaha memperbaiki kehidupan. Karena dia si penyebab pun sudah melenggang tak menoleh sedikit pun ke belakang, lalu apa kita masih mau terus memeluk duka?

Allah Maha Kuasa memperbaiki kehidupan yang sudah hancur dengan tanpa kita membalas dendam pada si penyebab. Yakin, akan datang satu masa dimana si penyebab mendapatkan pelajaran dari perbuatannya, apakah itu lewat tangan kita ataupun orang lain.

Antara membalas dengan memberikan pelajaran itu jelas beda. Sebelum bisa memberikan pelajaran dengan anggun, mari redamkan emosi saja dulu. Nabi Yusuf dianiaya para saudara kandungnya, ia tak mendendam tak membalas. Nabi Yusuf dijebloskan ke penjara oleh ibu angkatnya sendiri, ia tak mendendam tak membalas. Lalu Allah kehendaki Nabi Yusuf dapat memberikan pelajaran kepada mereka. Di waktu yang tepat, dengan cara yang tepat. Tidak hanya menohok, tapi juga meninggalkan kebaikan bagi si penyebab.

Mari lanjutkan kehidupan. Menjalani taqdir yang telah Allah pilihkan. Adanya penyebab bukan berarti kita harus mengubah orientasi hidup kita dengan menjadikan kehidupan ini hanya diisi penyesalan atau perasaan dendam. Bukan. Capek sekali jika begitu. Adanya sesosok penyebab pembuat masalah adalah untuk menguji kita; menguji kelapangan hati untuk memaafkan dan terus memperbaiki kehidupan. Allah Maha Kuasa kok membuat segalanya lebih baik dengan tanpa kita membalas. Tugas kita menyikapi kehidupan ini dengan sebaik-baik sikap.


###
Natisa

No comments :

Post a Comment