Thursday 17 September 2015

Melepaskan Belenggu Menjemput Kenikmatan Syahdu

Tahukah, kawan. Jika kau tak lakukan hal ini, maka 3 ikatan setan akan terus mengikatmu sepanjang hari. Menjadikan badan malas bergerak, tak berhasrat berkebaikan, galau hati yang tak menentu dan segala belenggu itu membuat hari tak produktif. Hal apa itu? Apa 3 ikatan itu?


Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabdaSetan mengikat pada tengkuk setiap orang di antara kalian dengan 3 ikatan (simpul) ketika kalian akan tidur. Setiap simpulnya ditiupkanlah bisikannya (kepada orang yang tidur itu): “Bagimu malam yang panjang, tidurlah dengan nyenyak.” Maka apabila (ternyata) ia bangun dan menyebut nama Allah Ta’ala (berdoa), maka terurailah (terlepas) satu simpul. Kemudian apabila ia berwudhu, terurailah satu simpul lagi. Dan kemudian apabila ia sholat, terurailah simpul yang terakhir. Maka ia berpagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya. Jika tidak (yakni tidak bangun sholat dan ibadah di malam hari), maka ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan malas (beramal shalih).” (Muttafaqunalaih)

Bayangkan jika hari-hari kita berlalu tanpa shalat malam. Berapa ikatan setan yang membelenggu kita? Tak perlu heran lagi jika hati sering galau, tak tenang, tak berhasrat melakukan apa-apa, rasanya hanya ingin bermalas-malasan, dan hobi sekali menunda-nunda pekerjaan. Sebabnya karena diri merelakan untuk dibelenggu setan.

Bangunlah di seperti malam. Rasakan sejuknya air wudhu membasahi tubuh kita. Masuk ke dalam pori-pori. Melancarkan peredaran darah yang sebelumnya istirahat. Bukalah jendela lebar-lebar. Menghirup udara segar hingga masuk ke paru-paru. Lalu menggelar sajadah penuh pengharapan di kesunyian malam. Hati bergetar, "Duhai Tuhanku, aku datang saat manusia terlelap. Aku datang memenuhi panggilanMu. Di waktu saat Engkau menyeru, 'Adakah hamba yang meminta? Akan Kuberi.' Maka duhai Tuhanku, aku datang dengan segenap jiwa. Di sepertiga malam, dengan segudang keluh dan semesta harap."


"Allahu Akbar"
Takbir memecah sunyi. Mengagungkan Penguasa gelapnya malam. Mengerdilkan segala selain Ia. Semuanya tiada. Hanya Ia. Bahkan ujian atau mushibah yang dihadapi, segalanya lenyap. Larut bersama hening dan doa shalat. "Tuhanku, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untukMu. Mengapakah aku masih dihiraukan oleh hiruk pikuk dunia, jika tujuan hidupku sebenarnya bukan untuk itu? Bukankah aku hidup untukMu? Maka duhai Tuhanku, jika dengan ujian ini aku dapat meraih ridhaMu, ridhakanlah aku. Jika dengan ujian ini aku dapat terus ibadah kepadaMu, ridhakanlah hatiku. Jika dengan ujian ini aku dapat menjemput kematian terindah, ridhakanlah Aku. Jika dengan semua ini Engkau ridha, maka karuniakanlah aku hati yang ridha. Duhai Tuhanku yang Mahakasih..."

Hamba menyelami sunyi malam yang pikuk oleh kenikmatan syahdu. Bagaimanakah menjelaskan kebahagiaannya? Kebahagiaan bertemu menghadap Sang Pencipta. Merasa ditatap penuh kasih. Merasa disimak dengan mesra. Dan didekap dalam kemahalembutanNya.

Hati sang hamba ruah dengan ketentraman yang tak terdefinisi. Lebih dari sekadar jawaban akan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menyesakkan hatinya. Lebih dari sekadar kalimat hiburan yang biasa ia terima dari orang-orang sekitar. Ketentraman tak terdefinisi. Bahkan definisi kata telah gagal merangkai. Ini kebahagiaan yang purna.

3 ikatan itu terlepas dengan cerai berai. Maka sang hamba penuh ceria menyambut hari. Senyum tak lepas dari wajahnya. Lisannya tak berbicara kecuali kebaikan. Akalnya yang telah tersejuki air wudhu dan udara sepertiga malam, menjadi amat mudah berpikir mencerna. Hatinya penuh suka cita mengerjakan segala pekerjaan di hadapan. Tangannya selalu siap membantu. Kakinya ringan melangkah berkarya. Hari-harinya bahagia. Karena ia hidupkan seperttiga malam, memenuhi panggilan, mendirikan shalat. Menghadap penuh ketaatan.

No comments :

Post a Comment