
Secara manusiawi mah yah.. Tulisan sendiri dikutip tanpa sumber, dan disebarluaskan, dan dianggap sebagai tulisannya...itu rasanya atiiit... Sakitnya tuh entah dimana. Hehe.
Dan di situlah momen buat kembali nengok niat nulis, apakah untuk diakui-dikenali nama diri atau agar tersampaikan pesan? Jika tujuannya yang kedua, pada kenyataannya pesan tersampaikan bisa dengan atau tanpa nama si penulis. Hanya saja ada yang dilanggar di sini. Pelanggaran tata kaidah pengutipan. Kalau kata temen saya mah, Nisa'ul Fithri Mardani Shihab, ini tentang beradab atau tidak seseorang dalam membuat tulisan.
Kita memaafkan pelanggaran, dan karena menyayangi dia yang melanggar maka kita memberikannya teguran atau pelajaran.
Kalau alasan tidak mengutip sumber asli itu agar terlihat orisinil hasil pemikirannya, justru sebaliknya..dengan mengutip sumber aslinya di situlah intelektualitas seseorang...